Hadiah Lebaran untuk Korban Kekerasan Seksual dan KDRT

Bulan lalu saya menerima tamu di kantor inilahcom. Mbak Yulianti Muthmainnah datang dari Cireundeu, Tangerang Selatan, untuk menceritakan sebuah misi penting. Ia memimpin sebuah lembaga riset yang diberi nama Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) di kampusnya, Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan atau disingkat ITB-AD.

Saya mengenal Mbak Yuli cukup lama. Kami sama-sama aktivis dan kader Muhammadiyah, sering bertemu di berbagai acara diskusi dan seminar. Sejak pertama kali bertemu, saya tahu Mbak Yuli punya kegelisahan dan keberpihakan yang kuat pada isu-isu perempuan.

Mbak Yuli ingin perempuan mendapatkan hak-hak yang setara dalam berbagai bidang kehidupan yang ia anggap selama ini memperlakukan mereka tidak adil. Karena kekerasan struktural yang panjang, perempuan juga menjadi kelompok yang rentan dan sering menjadi korban kekerasan dengan berbagai bentuknya, dari kekerasan seksual hingga Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Di sinilah, menurut Mbak Yuli, pembelaan dan perlindungan terhadap perempuan menjadi penting.

Saya dan Mbak Yuli tidak selalu memiliki pendapat yang sama, bahkan sering berdebat dan berselisih paham. Tetapi kami tahu bahwa sebenarnya kami memperjuangkan hal-hal yang sama. Jika tidak bertemu di hal-hal kecil, kami pasti bertemu di hal-hal besar.

Begitulah para aktivis bergerak satu sama lain di bidangnya masing-masing. Terakhir kami berbeda pendapat soal frasa ‘atas persetujuan korban’ dalam Permendikbud No. 30 Tahun 2021. Tetapi kami sepaham dalam agenda besar perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan seksual dalam RUU TPKS yang belum disahkan itu.

Misi Mbak Yuli

Saat bertamu ke inilahcom, Mbak Yuli menceritakan program yang ia inisiasi untuk zakat bagi perempuan korban kekerasan seksual dan KDRT. Ia bercerita bahwa program ini sudah berjalan satu tahun, bahkan sudah menghasilkan sebuah buku. Judulnya ‘Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak’, diterbitkan PSIPP ITB-AD.

“Jadi, konsepnya, buku ini dijual dan seluruh keuntungannya dijadikan sebagai santunan dan zakat untuk para perempuan korban kekerasan seksual dan KDRT.” Cerita Mbak Yuli. “Tahun lalu Alhamdulillah sudah bisa membantu 12 orang di berbagai wilayah.” Sambungnya.

Bagi saya ini perjuangan yang keren dan konkret. Jarang sekali kita memikirkan nasib para perempuan dan anak korban kekerasan seksual dan KDRT setelah mereka mengalaminya. Kita sering prihatin pada situasi yang terjadi, ikut bersimpati dan berempati, tapi setelah itu kita tidak ikut memikirkan apa yang dihadapi para korban ini. Mulai dari stigma dari masyarakat, hingga cara mereka bertahan dan melanjutkan hidup. Mbak Yuli dan kawan-kawannya memikirkan itu.

“Hanya saja, belum banyak yang tergerak dan ikut membantu.” Kata Mbak Yuli. “Belum banyak yang mau menyisihkan sebagian hartanya, atau berzakat dan sedekah, untuk para korban perempuan dan anak ini. Tahun lalu kami hanya bisa mengumpulkan belasan juta rupiah. Padahal yang dibina oleh PSIPP dan teman-teman lain cukup banyak.”

Kolaborasi untuk Kebaikan

“Saya mau ikut bantu kampanyekan, Mbak.” Sahut saya. Mendengar cerita Mbak Yuli dan membaca kisah-kisah pilu para korban perempuan dan anak yang ditulis Mbak Yuli di bukunya, membuat saya terpanggil. “Bagaimana caranya agar saya bisa ikut membantu? Saya harus ikut membantu.”

Mata Mbak Yuli langsung berbinar. Seperti seorang pejalan yang mendapatkan teman. Tentu kebahagiaan dan kehormatan tersendiri bagi saya bisa ikut membersamai perjuangan Mbak Yuli. Ini isu dan agenda yang sangat penting. Para perempuan dan anak korban kekerasan seksual dan KDRT harus ditolong, dilindungi, bahkan diberdayakan.

“Kita buat kampanye kolaborasi PSIPP ITB-AD dan inilahcom, ya, Mbak?” Usul saya waktu itu. “Program semacam ini harus ada ‘success story’-nya agar bisa kita eskalasi dan terus perbesar skalanya. Saya mau ikut bantu menggerakkan kampanye dan pengumpulan dananya. Kita ajak kawan-kawan lain. Nanti saya bicara dengan Kitabisa.com.”

Mbak Yuli mengangguk mantap. Kamipun melanjutkan diskusi siang itu untuk mulai mengeksekusi program ini. Saya memanggil sekretaris redaksi inilahcom, Tika, head of promotion and campaign inilahcom, Nanda, dan desainer grafis inilahcom, Shinta, untuk mulai membantu Mbak Yuli dan teman-teman PSIPP-ITB AD. “Ini tiga srikandi inilahcom yang jago-jago, Mbak. Mulai hari ini saya tugaskan berkolaborasi dengan Mbak Yuli untuk mensukseskan program bersama ini.” Pesan saya.

Yang Lemah di Sekeliling Kita

Sejak momen itu, dimulailah program bersama ini. Saya ajak juga Timmy, Alfatih Timur, dari Kitabisa. Kami membuat program sederhana yang diberi judul ‘Hadiah Lebaran untuk Korban Kekerasan Seksual dan KDRT’ dikerjakan di platform Kitabisacom dan Inilahcom. Targetnya sederhana saja, Rp200 juta. Mudah-mudahan bisa terkumpul. Syukur-syukur bisa lebih dari itu.

Di luar sana, ada banyak perempuan dan anak korban kekerasan seksual dan KDRT yang perlu kita bantu dan selamatkan. Mereka bingung bagaimana cara melanjutkan hidup yang normal, kembali berdaya seperti sedia kala?

Saya terenyuh mendengar cerita Mbak Yuli dan kawan-kawan PSIPP tentang sejumlah profil korban yang telah mereka bantu. Ada perempuan berinisial RHN warga Tangerang Selatan, Banten, korban KDRT yang memutuskan untuk bercerai dengan suaminya karena tak tahan mendapatkan kekerasan fisik dan psikis.

Kini ia tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil seorang diri, bertahan dari stigma yang disematkan masyarakat dan keluarga besarnya. Beruntung RHN memiliki kepandaian memasak dan membuat kue, ia bisa bertahan hidup dari sana meskipun sulit. Perempuan-perempuan seperti RHN ini harus kita bantu.

Ada juga SS, perempuan warga Gresik, Jawa Timur, yang pada 2020 lalu menjadi korban perkosaan hingga hamil saat usianya masih 14 tahun. Tak hanya itu, ia juga mendapat kekerasan fisik dari pelaku. SS seharusnya bisa melanjutkan sekolah atau mendapatkan pelatihan keterampilan agar ia bisa terus bertahan hidup dan berdaya di kemudian hari. SS dan para korban lain sepertinya harus kita bantu.

Saatnya Ikut Membantu

Sekarang, program ini sudah kami gulirkan. Saya ingin mengajak teman-teman untuk terlibat dan ikut membantu kami. Sedikit donasi, sedekah, atau bisa juga diniatkan sebagai zakat dari teman-teman bisa membantu meringankan beban mereka yang lemah ini. Buat kita uang Rp500 ribu atau Rp1 juta mungkin sepele, hanya sekali-dua kali makan di restoran mewah, tetapi bagi para dhuafa perempuan dan anak-anak korban kekerasan seksual dan KDRT, jumlah itu besar sekali bisa membantu mereka memulai usaha atau sekolah lagi.

AYO DONASI

Mumpung bulan Ramadan, bulan penuh berkah, saat semua kebaikan dilipatgandakan, kita bantu perjuangan Mbak Yuli dan kawan-kawan. Kita bisa mengukir seutas senyum di wajah para perempuan dan anak-anak korban kekerasan seksual dan KDRT yang saya ceritakan tadi. Kita beri hadiah lebaran yang istimewa untuk mereka.

Bantuan bisa diberikan dengan klik tautan ini. AYO DONASI

Mbak Yuli, saya yakin Anda tidak sendirian lagi. Ada kami di sini. Bersama dan terus berlipat ganda.

Salam baik.

FAHD PAHDEPIE, CEO Inilah.com

Sumber: inilah.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *